Karya Rinto Harahap Rasa Geisha
Ada jarak berbilang tahun ketika Rita Butar Butar mempopulerkan tembang Seandainya Aku Punya Sayap, dengan era saat Geisha menghadirkan kembali salah satu hit karya Rinto Harahap itu. Momo, vokalis Geisha Band belumlah lahir ketika lagu ini ngehit. Namun, penyanyi bernama lengkap Narova Morina Sinaga ini bisa menginterpretasikan dengan baik tembang lawas yang legendaris ini. Bersama Roby (gitar), Nard (bas), Dhan (keyboard) dan Aan (drum), yang tergabung dalam Geisha Band, menghadirkan kembali tembang Seandainya Aku Punya Sayap dengan aransemen baru yang lebih fresh.
Kesegaran memang menjadi janji Indrawati Widjaja, produser Musica Studio’s yang memproduksi tembang ini. Sejak Musica dilibatkan dalam pembuatan lagu-lagu Rinto Harahap dalam konsep album ‘tribute’ atau daur ulang akhirnya memilih Geisha untuk membawakannya. “Kami sengaja memilih lagu-lagu karya almarhum yang belum dibuat versi cover version oleh penyanyi siapapun. Dan salah satu pilihan jatuh pada lagu Seandainya Aku Punya Sayap. Kami pun percaya kalau Geisha yang pas membawakannya,” ungkapnya
Lagu Seandainya Aku Punya Sayap versi Geisha ini sudah terlebih dahulu dibawakannya dalam panggung konser mengenang Rinto Harahap, yang ditayangkan di sebuah stasiun televisi swasta nasional, beberapa waktu lalu. Sebenarnya ini bukan kali pertama industri musik memberikan kemasan album tribute lagu-lagu karya musisi yang meninggal di Singapura, 9 Februari 2015 itu. Namun, kejelian Indrawati Widjaja dan tim Musica Studio’s membuat Seandainya Aku Punya Sayap versi Geisha menjadi karya segar di industri musik Tanah Air saat ini.
Dari gaya beryanyinya Rita Butar Butar dengan Momo ‘Geisha’ memang tidak sama. Rita yang bervibrasi kuat dalam berdendang dikenal sebagai penyanyi muda saat mendiang Rinto menyodorkan karya ini hampir 35 tahun lalu. Namun, Momo yang meski sama-sama berdarah Batak memiliki gaya bernyanyi yang khas, dan tak sama dengan Rita. Di era tahun 1980-an, banyak penyanyi perempuan Indonesia yang memang memiliki kualitas vokal sekelas festival dengan gaya beryanyi yang khas. Tapi, Momo adalah penyanyi band pop yang dikenal memiliki tingkat penghayatan tinggi dan interpretasi bagus pada lagu dalam bernyanyi.
Teknik vokal, sejatinya, seperti kata mendiang musisi Harry Roesli bukankah ‘dewa’. Karena sebenarnya telinga pencinta musik Tanah Air, lebih sering tertambat hatinya pada sebuah lagu karena penghayatan sang biduan dan juga lirik yang dahsyat. Dan, di single Seandainya Aku Punya Sayap memiliki semua elemen itu, lagu yang awalnya dikenal sebagai tembang solois kini menjelma sebagai tembang berkonsep band, yang disuarakan vokalis perempuan.
Awalnya, Momo dan kawan-kawan sempat ragu karena mendapat tantangan menggarap tembang ini. Namun karena rasa hormat Geisha pada sang komposer, membuat anak-anak band ini bersemangat menggarap aransemen dan rekaman di studio. “Kami menghadapi tantangan berat. Karena lagu ini sudah terkenal banget di masanya.
Tapi, kami bangga karena Om Rinto merupakan salah satu musisi dan pencipta lagu yang kami kagumi,” ujar Momo. Roby dan kawan-kawan memiliki kecerdasan tinggi mengaransemen lagu ini menjadi ‘rasa saat ini’.
Video klipnya menguatkan lirik dan atmosfer melodi lagu ini. Momo sebagai penyanyi perempuan dari sebuah band seperti memiliki single baru sendiri karena bisa menghadirkan ‘rasa lain’ pada lagu Seandainya Aku Punya Sayap. Bahkan, dengan story board yang menyentuh, Momo memberikan masukan cukup cerdas dengan memilih Chicco Jerikho sebagai model utama klip dan beradu akting dengannya. “Saya bukan orang yang besar di dunia akting. Saya coba menghayati liriknya sehingga bisa mengimbangi akting Chicco. Dari Chicco bermain dalam film Cahaya Dari Timur : Beta Maluku, aku sudah suka dengan aktingnya,” kata Momo. Dan sebagai informasi video klip single Seandainya Aku Punya Sayap dibuat dalam versi interaktif, jadi penonton bisa memilih sendiri 3 versi dari cerita yang berbeda sesuai dengan yang mereka inginkan, seperti yang ada dalam website Musica Studio’s http:goo.gl/PmZ92s.
Dan, My Geisha, sapaan khas penggemar band asal Pekanbaru ini, bukan saja bakal menjadi penyuka tembang ini, tapi juga masyakarat yang di tahun 1980-an masih remaja dan akrab dengan tembang ini. Bukan sekedar bernostalgia, tapi boleh jadi mereka bakal makin mencintai Geisha…*****